Daftar Artikel

  • Tingkatan Bacaan Al Qur'an“Terdapat 4 tingkatan atau mertabat bacaan Al-Quran iaitu bacaan dari segi cepat atau perlahan.
  • Memahami Waktu Shalat Fardhu“Sesungguhnya solat itu diwajibkan atas orang-orang yang beriman menurut waktu-waktu yang tertentu” ( Q.S. An-Nisa’ :103 ) “Dirikanlah solat ketika gelincir matahari hingga waktu gelap malam dan dirikanlah solat subuh sesungguhnya solat subuh itu adalah disaksikan (keistimewaannya)”. ( Q.S. Al-Isra’ : 78 )
  • Sesuatu yang tidak dimiliki ALLAH SWTSuatu hari Anas bin Malik menyaksikan seorang Yahudi yang datang menghadap Khalifah Abu Bakar dan berkata, “Aku ingin bertemu dengan khalifah Rasulullah saw.” Para sahabat membawanya kepada Khalifah Abu Bakar. Dihadapan Abu Bakar, orang Yahudi berkata, “Anda khalifah Rasulullah saw?”...
  • Cinta Allah dan Rasulullah Allah Swt berfirman, "katakanlah, jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscya Allah mengasihi kalian" (QS Ali `Imran [3]:31).
  • Malu Sebagian Dari Iman عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ [رواه البخاري ] Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshari Al Badri radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di antara ucapan kenabian yang pertama kali ditemui manusia...
  • Makna Sabar Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena....
  • Mimpi sebuah keindahan hidup semua orang disekeliling kita pasti pernah mengalami mimpi, entah itu mimpi yang baik maupun yang buruk. Apakah Mimpi itu ? Habib Asseggaf dalam ungkapan filosofisnya pernah menuturkan "Mimpi yang baik itu adalah keindahan dalam hidup." mimpi juga pernah dialami oleh para nabi dan...
  • Menipiskan Alis Salah satu cara berhias yang berlebih-lebihan yang diharamkan Islam, yaitu mencukur rambut alis mata untuk ditinggikan atau disamakan. Dalam hal ini Rasulullah pernah melaknatnya, seperti tersebut dalam hadis:.....
  • Menyambung Rambut Termasuk perhiasan perempuan yang terlarang ialah menyambung rambut dengan rambut lain, baik rambut itu asli atau imitasi seperti yang terkenal sekarang ini dengan nama wig....
  • Semir Rambut Sehubungan dengan masalah ini ada satu riwayat yang menerangkan, bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak memperkenankan menyemir rambut dan merombaknya, dengan.....
  • Jiwa Yang Tenang Jiwa yang tenang itu berangkat dari kebaikan dan selalu memperlihatkan gejala-gejala yang normal. ia selamanya bertawakal kepada ALLAH, rela menerima rizki yang baik maupun yang Jelek, berjuang, konsisten terhadap kebenaran, tidak pernah mengeluh dikala mengalami cobaan dan malapetaka....
  • Ciri-Ciri Wanita Sholehah Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah SWT.....
  • Memelihara Jenggot Termasuk yang urgen dalam permasalahan kita ini, ialah tentang memelihara jenggot. Untuk ini Ibnu Umar telah meriwayatkan dari Nabi s.a.w. yang mengatakan sebagai berikut:....
  • Tega Pada Anak Itu Penting 


    Pak, anak perempuan puasanya ‘bocor’ karena haid. Tapi saya nggak tega menyuruh dia qodho puasanya, soalnya dia masih SD, lagian di sekolahnya kawan-kawannya nggak puasa. Boleh tidak saya bayar dengan fidyah?

    Itu salah satu pertanyaan jamaah kepada saya di satu sesi sharing keislaman awal Ramadhan tahun ini. Sang bunda merasa kasihan, nggak tega, bila menyuruh anak putrinya yang baru saja alami pubertas melakukan qodho puasa. Pertimbangannya ia masih duduk di bangku SD, dan kalau puasa saat bersekolah ia akan dikelilingi banyak kawan-kawannya yang tidak berpuasa. Kan, berat, kasihan.
    Saya tidak akan soroti soal fidyahnya ya, tapi saya akan ajak ayahbunda bicara soal salah satu tips mendidik anak. Saya percaya, ayahbunda pasti menginginkan putra-putrinya tumbuh soleh dan solehah. Taat pada Allah dan orang tua, serta sabar menjalankan perintah agama.
    Tapi seringkali kita lupa bahwa jalan menuju ke sana membutuhkan banyak kesiapan mental. Bukan saja bagi buah hati kita, tapi juga bagi kedua orang tuanya. Salah satunya adalah mempersiapkan mental agar menjadi ‘raja’ dan ‘ratu’ tega di hadapan anak-anak kita.
    Ada pandangan yang harus diluruskan tentang pemberian kasih sayang kepada keluarga. Sering tergambar kasih sayang itu berarti tidak menghukum, tidak menyuruh melakukan pekerjaan yang berat, atau menyusahkan mereka.
    Karena gambaran umum seperti itu, banyak orang tua yang tidak tega mendisiplinkan anak dalam ajaran agama. Misalnya, tidak sedikit orang tua yang sengaja membiarkan anaknya tidur meski waktu sholat subuh sudah tiba. Alasannya karena kasihan melihat anak sedang tidur pulas. Ada juga yang tidak tega menyuruh anaknya puasa sehari penuh saat Ramadhan, atau untuk mengqodho puasa. Begitupula tidak tegas menyuruh anak memakai jilbab dan kerudung meski sang anak sudah masuk usia gadis/baligh.
    Benar Islam adalah agama rahmat. Penuh kasih sayang. Allah pun Zat Pengasih lagi Penyayang. Namun jangan lupa Allah pun menghendaki semua hambaNya taat padaNya dengan menjalankan perintah dan meninggalkan laranganNya. Saat kita mematuhi syariatNya, disanalah Allah akan melimpahkan rahmatNya.
    Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.(TQS. 33: 71)
    Melalaikan perintah dan melanggar larangan Allah adalah tanda kita menolak rahmat Allah. Bukankah kedatangan risalah Islam dan Rasulullah saw. adalah sebagai rahmatan lil alamin? Termasuk saat kita melatih anak-anak kita taat pada syariat, sebenarnya kita sedang mengajarkan mereka untuk meraih kasih sayang Allah Ta’ala.
    Memang, banyak orang tua, terutama bunda yang tidak tega menyuruh anak-anak untuk mengerjakan berbagai perintah agama semisal; shalat tepat waktu, berjamaah ke mesjid, mengenakan jilbab, menjalankan puasa Ramadhan, dsb.
    Atau juga tidak tega menegur atau menghukum mereka saat melakukan kesalahan semisal melalaikan shalat, membatalkan puasa, berpacaran, tidak menutup aurat, dll.
    Ayahbunda harus menyadari bahwa perasaan tidak tega disana bukan kasih sayang, tapi yang benar adalah memanjakan anak dalam kesalahan. Ini bukan lagi persoalan kecil, tapi amat serius. Karena saat ayahbunda membiarkan hal itu berulang-ulang, maka bisa jadi bagian dari karakter anak yang sulit diubah saat ia dewasa.
    Ibarat pohon, saat masih kecil mudah untuk membentuk batang dan rantingnya. Kita bisa memasang tali, kayu penyangga dan kawat untuk membentuk batang pohon. Tapi jika pohon itu sudah besar, maka sudah tak mampu lagi kita membentuk pohon tersebut karena sudah permanen.
    Untuk membuat anak kita memiliki karakter yang positif (baca: Islami) terkadang dibutuhkan ketegasan dan sedikit mengorbankan perasaan. Namun bila konsisten dengan pola pendidikan seperti ini, maka tak akan sulit bagi anak untuk menjalankan berbagai hukum Allah yang lain.
    Kami di rumah juga mengalami kondisi yang sama dalam mendidik anak. Lazimnya anak-anak senangnya tidur saat azan subuh berkumandang, tapi kami paksa mereka untuk bangun. Selain itu kami paksa juga mereka untuk selalu mengerjakan shalat berjamaah di mesjid.
    Sedangkan putri kami yang sekarang berusia 9 tahun, terus menerus kami ingatkan untuk mengenakan kerudung dan jilbab saat bermain keluar rumah, sekalipun hanya di teras. Meski terkadang ia lupa, tapi kami berusaha mengingatkan amal kebaikan ini.
    Bila kami mengikuti perasaan, memang sih tidak tega membangunkan anak di pagi buta, menyuruh memakai jilbab dan kerudung di luar rumah – apalagi saat musim panas –, tapi kami berpegang pada prinsip; inilah masa membentuk karakter anak sebelum mereka tumbuh dewasa.
    Rasulullah saw. pun tidak selamanya bermain dan menyenangkan anak. Adakalanya Beliau menghukum anak yang berbuat salah. Adz Dzahabi dalam Tarikhul Islam ketika menyebutkan biografi Al Hakam bin Al Walid Al Wuhadzi Al Himshi salah seorang Shighor At Tabi’in, menyebutkan riwayat kisah ini dengan teks,
    عن أبي بُسْرٍ قَالَ: بَعَثَتْنِي أُمِّي بِقِطْفِ عِنَبٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكَلْتُهُ، فَكَانَ بعد إذا رآني قال: غدر، غدر
    Dari Abu Busr berkata: “Aku diutus ibuku untuk memberikan setangkai anggur kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, tapi aku memakannya. Maka, jika Nabi melihatku beliau berkata: Pelanggar amanah, pelanggar amanah.”
    Jadi, belajar tega pada anak itu penting! Bahkan harus! Jangan biarkan perasaan ayahbunda mengalahkan perintah menjalankan agama. Ingat, rasa tidak tega pada hal itu bagian dari perangkap syetan agar ayahbunda membiarkan anak berada terus dalam kesalahan.
    Ingatlah ketika Nabi Ibrahim menjalankan perintah Allah membawa putranya, Ismail as. untuk disembelih, iblis mendatangi Ibrahim juga Hajar – ibunda Ismail – untuk merayu keduanya agar tidak usah menaati perintah Allah. Namun keduanya bergeming. Tak mempedulikan rayuan iblis bahkan melemparinya dengan batu-batu.
    Nah, ayahbunda, di bulan agung Ramadhan ini, jadikanlah kesempatan untuk menanamkan nilai kedisplinan pada anak, sekaligus kita juga belajar menjadi orang tua yang tega pada anak. Yakni tega menyuruh mereka taat kepada Allah. Insya Allah semua akan berbuah pahala dan kebaikan.